Senin, 09 Januari 2012

Lirih Sendu Nafas Q

aku hanya bisa menangis...lirih hati ini terus mengejar ke egoisan ku untuk kembalikan hidup ku selayak nya kemarin, andai.. dan kini hanya bisa mengandai, mau berbuat pun tak sanggup aku lakukan.. tak ada yang musti di permasalah kan semua sudah terjadi.. jatuh dari menara kajayaan dan kini tertindas tak berdaya, ku lepas semua yang kupunya, berat memang hati ku belum sepenuh nya ikhlas untuk melepas nya.
tuhan.... ku menangis dalam sujud ku..
tuhan....... mungkin aku adalah orang yang tak tahu terimakasih kepada mu.. dulu ketika ku ada di menara kejayaan aku selalu melupakan mu.. meninggalkan semua yang harus nya ku kerjakan, kini aku persujud kepada mu.. meminta ampun untuk semu yang telah aku perbuat selama ku hidup tuhan.... air mata tak bisa ku bendung aku menangis mengingat semua kemewahan yang ku punya dulu kini hanya menjadi sebuah cerita.
dunia memang benar-benar berputar tak selamanya hidup kita indah, pelajaran berharga yang membuat aku sadar harta tak selamanya abadi.. kini kurasakan keterpurukan ku bersama duka ku..
aku ingin berontak kepada mereka...
aku iri kepada mereka...
ibu... bapak... tahu kah engkau aku juga ingin merasakan indah nya dunia seperti kedua kakak ku yang terlebih dahulu menikmati kemewahan hidup kalian.
terlalu munafik nya aku jika aku tak merasakan iri pada mereka..
kenapa aku dilahirkan terahir ibu... kenapa aku harus merasakan getirnya hidup ini, sakit nya sesak nya hancur nya kemewahan mu... ini pilihan yang sudah tuhan garis kan kepada kita ini hidup kita kau selalu berucap seperti itu padaku bu... tahu kah engkau aku menangis... merintih... ketika ku harus melepas semua kemewahanku ibu.

semua berasa saat ku beranjak remaja, ketika ego ku mulia berlomba dengan nafsu ku. yang terjadi aku menangis lagi... semua yang ku inginkan tak semuda ku dapatkan dulu, ku sadar... mulai aku diam.. tuk bicara memintapun aku sungkan karna ku hafal ucapan yang mereka keluarkan hanya "SABAR", flasback ke masa dimana kakak -kakak ku tumbuh remaja, apapun yang mereka mau semua dengan mudah mereka dapatkan, jika aku terus memaksa ego ku aku hanya akan menyakiti perasaan ibu ku....
ku simpan kemauanku... kusembunyikan semua yang ku sarasankan.

kenapa hanya aku yang merasaka nya ini, setiap kali aku bermimpi selalu sajah roh ku kembali ke rumah masa kecil ku dulu... semua masih terekam jelas dalam ingatan ku, taman, kamar mungil ku, gudang tempat ku bersembunyi dari teriakan ibuku... semua masih bisa ku rasakan walau hanya dalam mimpi...
ku ceritakan semua mimpi ku kepada ibu, kenapa hanya aku yang terus dihantui mimpi itu bu...
setiap kali aku bermimpi pasti saja rumah itu hadir. tak ada jawaban dari ibu ku, beliau hanya tersenyum manis kepadaku, dan sekalinya beliau katakan karna kamu lahir di tempat itu dan bahagiamu ada disitu, coba kamu ikhlas kan semua yang sudah terjadi kepada kita pasti mimpi-mimpi yang menghampirimu semua akan musnah.

Masa ku mulai berganti,ini tentang jati diri ku, anak umur 17 tahun yang bimbang menentukan arah hidup nya kemana aku melangkah ku tak bisa tentukan diri ku melangkah, mereka bilang ini efek dari kemanjaan ku, efek dari ibu yang selalu memanjakan aku, kakak-kakak ku yang selalu menganggap diriku boneka kecil... pada saat nya tiba, ketika semua anak seumuran ku mulai sibuk dengan kesibukanya menentukan jalan hidup nya aku hanya diam. aku sadar ini gila tak wajar tapi bagaimana lagi ini lah aku yang hidup dengan kemanjaan keluarga ku. aku mulai bermain dengan ego ku, sedikit agak menentang semua kemauan keluarga ku,
tapi apa daya berjalan pun aku belum bisa menapak tanah sendiri masih perlu pegangan mereka.. mereka tahu kalau boneka kecil (aku) mereka memiliki sejuta imajinasi.. ibu orang yang selalu menuntunku dalam hal imajinasi dari kecil aku selalu di beri kebebasan berkreasi. dan kawan ku (kakak laki laki) orang yang paling menjunjung aku dalam hal imajinasi...
mungkin jalan hidup ku ada dalam imaji ku, coretan dan goresan tinta yang aku torehkan kedalam lembaran-lembaran kertas itu senandung lirih ku yang tak bisa aku ungkap dalam sebuah ucapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar