Sabtu, 02 Agustus 2014

Orang tua ku mrmberi ku nama mayunda gendis saptapi, saptapi adalah nama mendiang kakek ku, aku asli jawa.. Kedua orang tua ku pengusaha batu bara di kalimantan, aku hidup terpisah dengan kedua orang tua ku, mereka di kalimantan dan aku di solo.. Hampir 8tahun aku berpisah jauh dengan orang tua ku, aku anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak dan adik ku ikut mami dan papi ku di kalimantan, mereka sudah pada dewasa nya. Kini kaka perrama ku sudah berhasil menduduki jabatanya sebagai pengganti papi dan segara akan menikah dengan pilihan dari keluarga kami, ini yang membuat aku sungkan mami papi ku selalu ikut andil dalam hidup anak anak nya apapun itu masalah pribadi juga tidak ketinggalan di keluarga kami tidak mengenal pacaran, jangan heran jika pertumbuhan kami sewatu di sekolah di cap menjadi orang orang sombong yang tidak mau bergaul.

Mami dan papi kami, begitu takut kalau kelak hidup kita tak sesempurna hidup mereka saat ini. Aku pikir ini terlalu berlebihan sebenarnya tuhan yang mengatur bukan mami papi ku.

Aku di cap sebagai anak perempuan satu satu nya yg sangat keras kepala. Aku selalu membantah ke inginan mami papi ku, prinsip ku adalah aku akan menuruti apapun itu jika aku merasa nyaman namun jika hal itu membuat ku tidak nyaman aku akan menolak nya walaupun yg meminta itu mami dan papi ku sendiri.

Solo adalah tempat kelahiran ku, tempat dimana aku mebghabiskan waktu bersama mendiang kakek ku. Maklumlah dari kecil hanya aku yang kuat berlama lama disamping kakek mungkin sudah bawaan, kakak dan adik ku tidak terlalu menyukai kakek, kata mereka kakek terlalu kuno untuk kita yang hidup di dunia modern sebenarnya mereka salah kakek adalah orang begitu luar biasa. Aku di kenalkan musik, tari dan melukis oleh kakek, setiap mami papi ku terbang ke kalimantan aku tetap kekeh untuk tidak ikut mereka, alasan ku cuman satu untuk meluluhkan hati kedua orang tua ku, mam pih kakek sudah tak ada siapa siapa lagi yang dekat dan yg mengerti beliau hanya aku, jika nanti ada apa apa dengan kakek aku tak bisa memaafkan diriku sendiri aku tetap di solo bersama kakek selamany. Sambik ku peluk tubuh kakek ku akhirnya mereka mengiyakan keinginan ku, saat itulah kakek rutin mengajari ku menari. Sampai aku lulus smp mami papi ku tidak mengetahui itu, mereka melarang ku menari katanya menari itu hanya membuang buang waktu kesuksesan mu saja. Tapi entah kenapa semenjak mami papi ku berkatan seperti itu aku jadi begitu mencintai menari, kakek memasukan aku dalam sanggar tari yang elit di kota solo dan ini pun tanpa sepengetahuan mami dan papi. Setiap hari setelah pulabg sekolah aku selalu minta supir kakek ku yang menjemput bukan orang suruhan papi ku.. Mami sempat menanyakan kenapa namun kakek selalu menutupinya. Tapi semua tak berjalan lama adik ku tau bahwa aku dimasukan ke sanggar tari, dan iah memberi tahu papi yang notabene tidak suka kesenian, alhasil papi marah dia tidak suka jika dari anak anak nya itu menekuni kesinian, mami menyakinkan papi kalau itu hanya sekedar hobi tapi papi orang hidup dengan prisip. Yang di ingin kan papi ku adalah mendidik aku dan kakak ku menjadi pengusaha sukses sepertinya jangan buang bauang waktu katanya seperti itu, kasihan kaka dan adik ku mereka jarang sekali bermain dengan teman teman nya. Waktu mereka habiskan dengan belajar dan terus belajar. . namun semua sudah berbeda, aku hidup sendiri di kota kesayangan ku ini solo, aku bertekat dengan keinginan ku menjadi pengajar tari tradisional kini halaman belakang tempat ku dulu menghabiskan waktu bersama kakek ku jadikan sanggar sederhana,. Tapi aku sangat kesepian sebenarnya tak ada lagi orang yang mengerti aku seperti kakek dulu, mami papi ku terlalu obsesi dengan harta mereka tak sadar kalau semua itu hanya titipan, semalam aku dapat kabar dari adik ku yang sekarang tinggal di jerman dia sudah bosan hidup terus diatur oleh orang tuanya. Katanya di sudah tak menjadi anak anak lagi dia selalu merengek meminta tolong pada ku supaya bicara pada papi agar keinginan papi dan mami tidak melampau batas anak anak nya, aku hanya memberi wejangan sedikit tanpa agar adik ku selalu sabar dan tetap menuruti apa yang di inginkan orang tua kami. Cukup aku yang di cap pembangkang oleh mami dan papi ku.


Dua tahun berselang suasana sangat klasik, mami papi ku menuntut ku untuk pulang ke kalimantan dan tinggalkan solo, tempat yang sudah mengubahku menjadi anak yang tak mau mendengarkan ucapan orang tua, kini sudah tak ada lagi yang mebolobg ku, lukisan lukisan ku sudah penuh ku tata di sanggar sederhana ku, ya tuhan sudah dua tahun berlalu tak ada panggilan panggilan atang dari kanada, pameran bergengsi yang menampilkan karya tradisional indonesia, janji ku kepada mami dan papi jika aku gagal aku akan menuruti semua aturan yang sudah mami papi ku buat, tak lama selang beberapa minggu ada email masuk, ketika aku buka ternyata email itu dari teman ku yang berada di kanada katanya bulan depan koleksi lukisan lukisab ku dan anak didik ku berangkat ke kanada, akhirnya sekian tahun berjuang aku bisa membuktikan kepada kedua orang tua ku hal yang di pandang sebelah mata bisa membuat ora g menjadi istimewa bukan hanya harta semata yang di kejar namun kesenangan yang membuat nyaman bisa menghasilkan permata jika kita sungguh sunggu dan pantang menyetah, ocehan dan cacian adalah batu loncatan  kesuksesan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar